SURAT UNTUK PARA PEMIKIR KEPENTINGAN PRIBADI
By wayai-deto on Senin, 20 Juni 2011
Oleh: Ogeeyoka DT *)
(Sumber Foto: http://goesprih.blogspot.com/2011/02/download-naskah-drama-monolog.html)
Tulisan ini adalah surat untuk para pemikir kepentingan pribadi. Sekaligus sebagai pengingat, buat kita semua. Maksud dan tujuannya adalah agar kita semua bisa mengantisipasi kedepan dan menjadikan hidup ini milik ”bersama”. Penulis juga memohon maaf jika tulisan ini membuat pembaca; tersinggung, depresif, dan membuat pembaca terganggu. Mohon maaf juga apabila tulisan ini tidak sesuai dengan aturan jurnalis, aturan penulisan (EYD) dan kata-kata nya tidak teratur/tidak sesuai.
Sifat dari tulisan ini adalah membangun. Jadi, kritik dan saran penulis terima apa pun itu.
Saat itu, sewaktu masih di asuh oleh ibuku sampai pada bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) saya dibentuk / diarahkan oleh orang tua saya untuk menjadi seorang yang nantinya membahagiakan orang tua. Saat itu, saya hanya bisa; menangis, mendengar, melanggar, dan belajar. Yang mana, hanya bisa diarahkan.
Dan saya hanya ada pada keadaan itu, terbentuk sesuai dengan keadaan saat itu. Saat di Bangku Sekolah Menengah Atas/Umum (SMA/U) saya baru mulai sadar bahwa realita ini sedang berkolaborasi antara depan layar dan belakang layar.
Untuk menjadi orang yang baik dihadapan orang tua adalah berkelakuan baik dan berjalan di jalan yang benar. Kita tahu bahwa Orang tua adalah wakil dari Allah Tritunggal. Jadi, apa yang kita lakukan positif maupun negatif telah, sedang, dan akan dipertanggung jawabkan di akhirat. Karena, hidup ini hanya sekali di Bumi bertopeng ini. Jadi, saya pastinya ikuti yang sifatnya, “depan layar,” jikalau sifatnya “belakang layar” apa yang harus saya katakan ke Tuhan nanti, saat ajalku tiba.
Saat saya masih diasuh ibuku sampai pada SMP, saya diajarkan memilih jalan yang benar dan berkelakuan baik. Jadi, tidak salah kalau saat ini saya pun demikian.
“selagi masih bernafas, masih bisa makan walaupun sehari se-kali, dan masih bisa saling menyapa, Apa yang seharusnya kita perbuat…?” itulah kata yang keluar dari Bapa saya, pertanyaan yang bermakna membuat saya menjadi lebih tenang dan semangat dalam hidup yang penuh dengan teka-teki ini.
Teringat akan sebuah film, “Tokoh Besar” di mana saat Yohanes Pemandi, anak dari Marta, sedang mempermandikan penduduk Nasaret satu per satu. Saat itu munculah para prajurit-prajurit pengumut/penagih pajak dan hendak memeras salah seorang fakir miskin. “hai kau ular beludak,” kata Yohanes. Yohanes menghampiri mereka dan berdebatlah mereka di sana.
Yohanes Pemandi memberikan pencerahan agar tingkah laku mereka segera diubah. ”Jika engkau memunyai dua buah baju, berikanlah satu ke yang tidak punya” Kata Yohanes Pemandi. “Cukupkanlah dirimu dengan gajimu,” Tambahannya sambil menuju Sungai Yordan, yang mana dipakai untuk permandian penduduk nasaret saat itu.
Memang seharusnya demikian dalam hidup ini namun, faktanya tidak demikian. Seperti pada tulisan sebelumnya, “Rupiah Membunuh Jiwa Kemanusiaan Ku (http://wayai-deto.blogspot.com/2011/06/rupiah-membunuh-jiwa-kemanusiaan-ku.html).” Semua permasalah, persoalan biasa yang menjadi otaknya adalah “para pemikir kepentingan,” merekalah akar/sumbernya.
Perebutan jabatan, persaingan yang tidak sehat, egois, dan kawan-kawannya adalah karena memikirkan nilai rupiah, memikirkan kepentingan pribadi yang sifatny sesaat saja. Dampak dari ini semua ada pada anak dan cucu mereka serta masyarakat yang tidak tahu apa-apa menjadi korban.
Kehidupan ini dinamis, berubah-ubah, tidak selalu konstan. Kehidupan ini penuh teka-teki, penuh pertanyaan. Kehidupan ini perlu pikir, perlu barnafas, perlu makan. Kehidupan ini sebenarnya menjadikan kita sebagai manusia yang jujur, adil, penuh damai. Kehidupan ini sempurnah bila seiring dengan cinta, kasih, sayang, pemerhati, penuh damai.
Namun, kehidupan ini tidak membutuhkan nilai rupiah. Kehidupan ini tidak mengajarkan mementingkan pribadi, kehidupan ini malah mengejarkan kita untuk melawan, ”KEPENTINGAN PRIBADI.” Karena, pada umumnya hal ini dapat mengorbankan banyak orang termasuk anak dan cucu mu.
”...Kehidupan yang sedang kamu jalani saat ini adalah kehidupan yang kamu jalani kemarin. Dan kehidupan yang akan kamu jalani besok adalah kehidupan yang sedang kamu jalani saat ini. Jadi, baik maupun tidak baik kehidupan kamu ada ditangan kamu dan biarkan semua itu terjadi menurut kehendak-NYA...” – Ogeeyoka DT –
(Sumber Foto: http://goesprih.blogspot.com/2011/02/download-naskah-drama-monolog.html)
Tulisan ini adalah surat untuk para pemikir kepentingan pribadi. Sekaligus sebagai pengingat, buat kita semua. Maksud dan tujuannya adalah agar kita semua bisa mengantisipasi kedepan dan menjadikan hidup ini milik ”bersama”. Penulis juga memohon maaf jika tulisan ini membuat pembaca; tersinggung, depresif, dan membuat pembaca terganggu. Mohon maaf juga apabila tulisan ini tidak sesuai dengan aturan jurnalis, aturan penulisan (EYD) dan kata-kata nya tidak teratur/tidak sesuai.
Sifat dari tulisan ini adalah membangun. Jadi, kritik dan saran penulis terima apa pun itu.
Saat itu, sewaktu masih di asuh oleh ibuku sampai pada bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) saya dibentuk / diarahkan oleh orang tua saya untuk menjadi seorang yang nantinya membahagiakan orang tua. Saat itu, saya hanya bisa; menangis, mendengar, melanggar, dan belajar. Yang mana, hanya bisa diarahkan.
Dan saya hanya ada pada keadaan itu, terbentuk sesuai dengan keadaan saat itu. Saat di Bangku Sekolah Menengah Atas/Umum (SMA/U) saya baru mulai sadar bahwa realita ini sedang berkolaborasi antara depan layar dan belakang layar.
Untuk menjadi orang yang baik dihadapan orang tua adalah berkelakuan baik dan berjalan di jalan yang benar. Kita tahu bahwa Orang tua adalah wakil dari Allah Tritunggal. Jadi, apa yang kita lakukan positif maupun negatif telah, sedang, dan akan dipertanggung jawabkan di akhirat. Karena, hidup ini hanya sekali di Bumi bertopeng ini. Jadi, saya pastinya ikuti yang sifatnya, “depan layar,” jikalau sifatnya “belakang layar” apa yang harus saya katakan ke Tuhan nanti, saat ajalku tiba.
Saat saya masih diasuh ibuku sampai pada SMP, saya diajarkan memilih jalan yang benar dan berkelakuan baik. Jadi, tidak salah kalau saat ini saya pun demikian.
“selagi masih bernafas, masih bisa makan walaupun sehari se-kali, dan masih bisa saling menyapa, Apa yang seharusnya kita perbuat…?” itulah kata yang keluar dari Bapa saya, pertanyaan yang bermakna membuat saya menjadi lebih tenang dan semangat dalam hidup yang penuh dengan teka-teki ini.
Teringat akan sebuah film, “Tokoh Besar” di mana saat Yohanes Pemandi, anak dari Marta, sedang mempermandikan penduduk Nasaret satu per satu. Saat itu munculah para prajurit-prajurit pengumut/penagih pajak dan hendak memeras salah seorang fakir miskin. “hai kau ular beludak,” kata Yohanes. Yohanes menghampiri mereka dan berdebatlah mereka di sana.
Yohanes Pemandi memberikan pencerahan agar tingkah laku mereka segera diubah. ”Jika engkau memunyai dua buah baju, berikanlah satu ke yang tidak punya” Kata Yohanes Pemandi. “Cukupkanlah dirimu dengan gajimu,” Tambahannya sambil menuju Sungai Yordan, yang mana dipakai untuk permandian penduduk nasaret saat itu.
Memang seharusnya demikian dalam hidup ini namun, faktanya tidak demikian. Seperti pada tulisan sebelumnya, “Rupiah Membunuh Jiwa Kemanusiaan Ku (http://wayai-deto.blogspot.com/2011/06/rupiah-membunuh-jiwa-kemanusiaan-ku.html).” Semua permasalah, persoalan biasa yang menjadi otaknya adalah “para pemikir kepentingan,” merekalah akar/sumbernya.
Perebutan jabatan, persaingan yang tidak sehat, egois, dan kawan-kawannya adalah karena memikirkan nilai rupiah, memikirkan kepentingan pribadi yang sifatny sesaat saja. Dampak dari ini semua ada pada anak dan cucu mereka serta masyarakat yang tidak tahu apa-apa menjadi korban.
Kehidupan ini dinamis, berubah-ubah, tidak selalu konstan. Kehidupan ini penuh teka-teki, penuh pertanyaan. Kehidupan ini perlu pikir, perlu barnafas, perlu makan. Kehidupan ini sebenarnya menjadikan kita sebagai manusia yang jujur, adil, penuh damai. Kehidupan ini sempurnah bila seiring dengan cinta, kasih, sayang, pemerhati, penuh damai.
Namun, kehidupan ini tidak membutuhkan nilai rupiah. Kehidupan ini tidak mengajarkan mementingkan pribadi, kehidupan ini malah mengejarkan kita untuk melawan, ”KEPENTINGAN PRIBADI.” Karena, pada umumnya hal ini dapat mengorbankan banyak orang termasuk anak dan cucu mu.
”...Kehidupan yang sedang kamu jalani saat ini adalah kehidupan yang kamu jalani kemarin. Dan kehidupan yang akan kamu jalani besok adalah kehidupan yang sedang kamu jalani saat ini. Jadi, baik maupun tidak baik kehidupan kamu ada ditangan kamu dan biarkan semua itu terjadi menurut kehendak-NYA...” – Ogeeyoka DT –
1 komentar:
numpang......blog sehat pace.....maju....ingat follow...balik eeeeee...............
Posting Komentar
.:: Kawan, Tinggalkan PESAN dulu! ::.