Persiapan = MODAL untuk ke DEPAN
By wayai-deto on Kamis, 03 Juni 2010
Oleh: Wayai Deto*)
BERKAT AYAH
Hendaklah kamu semua ... penyayang dan rendah hati, dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, ... tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati (1 Petrus 3:8,9)
Seorang pria yang sedang berduka karena kematian ayahnya berkata,"Saya tidak hanya menangisi ayah saya, tetapi juga diri saya sendiri. Kematiannya berarti saya tidak akan pernah mendengar perkataan yang selalu ingin saya dengar darinya, yaitu bahwa ia bangga terhadap saya, bangga akan keluarga yang saya bina, dan bangga akan hidup yang saya jalani."
Bukannya mengulangi kesalahan sang ayah, sebaliknya pria itu justru menyampaikan ucapan yang menyemangati anaknya sendiri, yang tidak pernah ia dapatkan, yaitu bahwa ia bangga terhadap anaknya dan kesuksesan hidup yang telah diraihnya.
Kerap kali, ketegangan antara ayah dan anak-anak tidak terselesaikan. Luka lama itu tetap tak tersembuhkan. Kita tak bersedia mengampuni ucapan kemarahan dan luka masa lalu. Namun, bagi diri sendiri dan keluarga kita, kita perlu melakukan segala, upaya untuk meruntuhkan tembok yang memisahkan kita.
Bagaimana cara kita memulainya? Perintah Alkitab mengenai semua hubungan yang kita miliki adalah "Mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati, dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, ... menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik, ... mencari perdamaian dan berusaha mendapatkannya" (1 Petrus 3:8,9,11).
Oleh kasih karunia Allah, marilah kita putuskan lingkaran kemarahan dan memberi anak-anak kita apa yang mereka ingin dengar dari kita, yaitu ucapan berkat dan kasih -David McCasland
(berbagai sumber)
BERKAT AYAH
Hendaklah kamu semua ... penyayang dan rendah hati, dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, ... tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati (1 Petrus 3:8,9)
Seorang pria yang sedang berduka karena kematian ayahnya berkata,"Saya tidak hanya menangisi ayah saya, tetapi juga diri saya sendiri. Kematiannya berarti saya tidak akan pernah mendengar perkataan yang selalu ingin saya dengar darinya, yaitu bahwa ia bangga terhadap saya, bangga akan keluarga yang saya bina, dan bangga akan hidup yang saya jalani."
Bukannya mengulangi kesalahan sang ayah, sebaliknya pria itu justru menyampaikan ucapan yang menyemangati anaknya sendiri, yang tidak pernah ia dapatkan, yaitu bahwa ia bangga terhadap anaknya dan kesuksesan hidup yang telah diraihnya.
Kerap kali, ketegangan antara ayah dan anak-anak tidak terselesaikan. Luka lama itu tetap tak tersembuhkan. Kita tak bersedia mengampuni ucapan kemarahan dan luka masa lalu. Namun, bagi diri sendiri dan keluarga kita, kita perlu melakukan segala, upaya untuk meruntuhkan tembok yang memisahkan kita.
Bagaimana cara kita memulainya? Perintah Alkitab mengenai semua hubungan yang kita miliki adalah "Mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati, dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, ... menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik, ... mencari perdamaian dan berusaha mendapatkannya" (1 Petrus 3:8,9,11).
Oleh kasih karunia Allah, marilah kita putuskan lingkaran kemarahan dan memberi anak-anak kita apa yang mereka ingin dengar dari kita, yaitu ucapan berkat dan kasih -David McCasland
(berbagai sumber)
0 komentar:
Posting Komentar
.:: Kawan, Tinggalkan PESAN dulu! ::.