GERAKAN RAKYAT PAPUA BERSATU (GRPB)

(AMP, FNMP, GP3PB)



(Foto: Massa di titik "O.")
Sonny Dogopia – Jumat, (18/11), Pukul 20:20-an – 23:30-an WJ, Aksi Mimbar Bebas berlangsung sesuai seting-an.

Aksi Mimbar Bebas dilaksanakan di pusat keramaian Kota Yogyakarta, tepatnya di Benteng, Malioboro. Dan beberapa wartawan meliput Aksi Mimbar Bebas, seperti; KR (Kedaulatan Rakyat), Tempo, Kompas, dan “yang lainnya” tidak diketahui.

GRPB: Masalah Papua bukan masalah makan dan minum, SBY-Boediono SEGERA Menyelesaikan Masalah Papua, Tutup Perusahan-perusahan besar di Papua, seperti; PT. Freeport McMoRan, Petrochina, dan MIFE. Karena, kehadirannya memicu kekacauan dan kekerasan yang berujung pada Pelanggaran HAM, dan Bebaskan TAPOL/NAPOL tanpa syarat.



(Foto: Pembukaan Mimbar Bebas)
Kronolgis
Rapat yang dimediasi oleh GRPB (18/11), Pukul 17:00 – 20:10 WJ, beragenda; Pembacaan situasi dan Pengambilan sikap.

Pukul 17:10, rapat dibuka. Dari Pukul 17:10 – Pukul 19:30-an WJ, agenda pertama (Pembacaan situasi) selesai.

Pukul 19:30-an – 20:10 WJ, agenda kedua (Pengambilan Sikap) pun selesai.
Massa Aksi Mimbar Bebas star dari Kamasan, Asrama Papua, Pukul 20:30-an, menuju Titik “O,” Benteng, Malioboro, Yogyakarta.

Kurang-lebih Pukul 21:00 WJ, massa memulai Aksi Mimbar Bebas.

Aksi Mimbar Bebas pun berjalan sesuai seting-an. Bermula dari; Orasi Politik, Mob (Cerita Humor), Tarian, Nyanyian, Ibadah singkat, Penanda Tanganan, dan ditutup dengan Pernyataan Sikap dari GRPB oleh Kordinator Umum, Lechzy Degei.

Massa pun kembali ke Kamasan, Pukul 23:30-an. Evaluasi pun dilanjutkan setelah semua massa berkumpul.


Latar Belakang
Berawal dari pembacaan situasi, seperti:

Buruh PT. Freeport McMoRan yang dipinggirkan (15/09).

Masyarakat pemilik Tanah Ulayat yang di telanjangkan oleh Perusahaan-perusahaan besar.

Pasca penutupan Kongres Rakyat Papua (KRP) III (19/10), amunisi dari gabungan TNI-POLRI membusuk di enam orang tak bersalah dan memberikan Pasal Makar untuk enam orang Korban (lima orang Makar dan Satu orang penghasutan/membawa alat tajam).

Pasca penembakan, Kapolsek Mulia, Puncak Jaya, Papua, AKP Dominggus Octovianus Awes, situasi Puncak Jaya semakin memanas (22/10).

Insiden penyiksaan dan kekerasan yang dilakukan oleh anggota Dandramil TNI dari kesatuan Yonif 755 (02/11), di kampung Umpagalo, distrik Kurulu, Kab. Jayawijaya.
Warga Sipil Papua ditembak oleh Anggota Brimob di Degeuwo (13/11), lokasi tambang emas tradisional, Kabupaten Paniai, Papua.

KTT Asean di Nusa Dua, Bali, Presiden Amerika Serikat hadir saat KTT berlangsung (18-19/11). Mereka pun menyepakati beberapa hal, di antaranya, nama Papua disebut. Perbincangan Presiden AS – SBY, NKRI harus dijaga! Setelah Presiden AS menanyakan masalah HAM di Papua.

Tentunya kejadian-kejadian ini tak luput dari sejarah Papua Barat (Search: about the real story of West Papua in; youtube, google, and other news was born from people of West Papua).

Akar Masalah - Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA) Tahun 1969 di gelar tidak relevan dengan perjanjian The New York Agreement 1962 dan The Roma Agreement yang menyatakan, One Man One Vote (satu orang satu sura).” Tetapi dalam pelaksanaannya, penguasa pemerintah Indonesia menggunakan sisitem perwakilan.

Indonesia, Belanda, dan Amerika Serikat tidak konsisten. Melanggar The New York Agreement 1962 dan The Roma Agreement tentang “One Man One Vote.” Sebaliknya, PEPERA 1969 dilakukan berdasarkan Musyawara untuk mufakat ala demokrasi pemerintah Indonesia.

PEPERA Gagal Total dan Cacat demi Hukum Internasional. Suka tidak suka, senang tidak senang bangsa Papua Barat dengan serta merta diseret takluk dibawa ancaman hegemoni NKRI dan pemerintahaan asing demi kepentingan ekonomi-politik.

Situasi - yang mendesak adanya Aksi Mimbar Bebas ini, berawal dari pertemuan-pertemuan interen antar mahasiswa Papua. Pertemuan ini menyikapi sms-sms yang berasal dari sumber yang tidak jelas. Sms yang secara psikolog, membuat ketakutan dan memberikan tekanan batin.

Bunyi sms pun berbagai jenis, isinya adalah; teror dan intimidasi. Sms-sms ini menggurita dari Papua sampai luar Papua. Dan sms itu berhasil memulangkan Pelajar dan Mahasiswa Se-Jawa, Bali, Sulaweisi, dan sekitarnya, diperkirakan 50% telah pulang. Dan bukan hanya itu, Rakyat yang berasal dari pegunugan tengah pun 50% telah mengosongkan Jayapura dan Manokwari oleh karena sms-sms tidak benar.

Pertanyaan refleksi untuk kita semua, ada apa di balik ini? Silahkan jawab sendiri dan ambillah keputusan yang matang.


(Foto: Penanda tanganan)

Dari Latar Belakang ini, GRPB menuntut:

1. Referendum Solusi Terbaik Penyelesaian Masalah-masalah di Papua. Karena, masalah Papua bukan mempersoalkan, “makan dan minum.” Tetapi, Harga Diri Orang Papua, Kejayaan atas Tanah tumpah daranya, dan meluruskan PEPERA 1969 yang cacat total.

2. Tutup PT. Freeport McMoRan. Karena, memicu Pelanggaran HAM di Papua dan semakin menggurita.

3. Bebaskan TAPOL/NAPOL tanpa syarat. Karena, mereka adalah korban yang dijadikan tersangka. TAPOL/NAPOL berbicara kebenaran bukan kebencian.

comment 0 komentar:

Posting Komentar

.:: Kawan, Tinggalkan PESAN dulu! ::.

Delete this element to display blogger navbar

 
Powered by Blogger