SELAMAT BERTEMPUR DI MEDAN UJIAN NASIONAL

Oleh: Waiyai DETO



Pertempuran pamungkas mulai digelar. Ujian Nasional (UN) Utama untuk jenjang Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah/Kejuruan (SMA/MA/K) dilaksanakan pada 18-21 April 2011 ini. Sedangkan UN Utama untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah/Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMP/MTs/SMPLB) pada 25-28 April 2011. Dan UN Utama Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar Luar Biasa (SD/MI/SDLB) pada 10-12 Mei 2011.



Meskipun perdebatan dan kritik akademis mengenai UN sama sekali tidak boleh dianggap sebagai angin lalu. Namun, fokus kita pada hari-hari ini haruslah bagaimana mempersiapkan anak-anak didik untuk sukses menempuh UN. Indonesia memang masih dalam tahap harus terus belajar untuk menemukan sistem evaluasi pendidikan yang tepat. Tetapi, konsentrasi kita pada saat ini haruslah pada optimasi perjuangan para siswa untuk meraih sukses UN.
Persiapan belajar sudah dilakukan, doa-doa bersam maupun individu sudah banyak dipanjatkan. Sekaranglah waktunya bagi para siswa untuk turun di medan pertempuran UN. Meskipun tak setegang tahun-tahun lalu, karena kelulusan UN kini ditentukan berdasarkan nilai akhir yang merupakan gabungan dari nilai UN dan nilai sekolah dari mata pelajar yang di-UN-kan dengan pembobotan 60:40, ujian akhir sekarang tetaplah menjadi ajang pertempuran yang sangat menentukan.
Bagi generasi muda, tumpuan harapan masa depan, UN seharusnya menjadi momen untuk menegakkan kejujuran. Bangsa ini telah merusak dirinya sendiri dengan berbagai kebohongan, dusta, dan ketidakjujuran. Bahkan para pendidik di negeri ini tergiur untuk melakukan dosa-dosa plagiarisme yang fatal. Maka, lebih baik lulus dengan nilai pas-pasan, bahkan lebih baik tidak lulus dengan. Namun, menjalani UN dengan kejujuran. Prinsip dan praktik kejujuran harus ditegakkan dalam pelaksanaan UN pada hari-hari ini. Pengabaian kejujuran terjadi karena kurangnya penekanan pada fungsi pendidikan sebagai agen pembangunan moral masyarakat. J W Schoorl dalam Danim (2006) mengatakan bahwa praktik-praktik pendidikan harus merupakan wahana terbaik dalam menyiapkan SDM dengan derajat moralitas yang tinggi.
Menurut Danim (2006), Amerika Serikat sendiri mengarahkan visi pendidikan mereka untuk menciptakan masyarakat yang demokratis. Jadi, penekanan filosofinya justru bukan sekadar pada usaha menyinergikan pendidikan dengan kebutuhan pasar kerja. Mereka mengaju pada pandangan John Dewey yang mengatakan bahwa agenda utama pendidikan secara fungsional adalah membentuk komunitas-komunitas sosial ideal sebagai bagian dari proses transformasi pendewasaan peserta didik.
Menghadapi hari-H UN, kesiapan psikologis mutlak dibutuhkan sehingga faktor dukungan moral dari keluarga sangat penting. Karena, fakta menunjukkan adanya korelasi antara kehidupan keluarga yang tidak kondusif dengan kegagalan studi dan perilaku menyimpang para pelajar. Menurut majalah Fortune edisi 10 Agustus 1992 saja, di Amerika Serikat ada 2.200 pelajar (SMP dan SMA) putus sekolah (drop out) setiap harinya.
Sementara itu, dalam satu hari pula, ada 2.750 anak menerima kenyataan pahit bahwa orang tua mereka bercerai. Kecuali itu, ada lebih dari 135.000 remaja membawa pistol dan senjata tajam ke sekolah per harinya. Riset membuktikan banyaknya remaja gagal sekolah dan berperilaku criminal berasal dari keluarga-keluarga bermasalah.
Kisah-kisah sukses “sekolah rumah” atau homeschooling (home education, home-based learning) yang menurut riset Dr Ray dalam Sumardiono (2007) mengalami perkembangan siswa sebesar 15 persen per tahun di AS telah membuktikan bahwa kepedulian keluarga merupakan kunci sukses penting bagi prestasi belajar anak. Benyamin Franklin, Thomas Alfa Edison, Agus Salim, A. Einstein adalah produk-produk pendidikan berbasis keluarga. Mari kita dukung adik-adik kita untuk meraih sukses UN. (berbagai sumber)!
Sumber foto: google/UN-gambar.

comment 0 komentar:

Posting Komentar

.:: Kawan, Tinggalkan PESAN dulu! ::.

Delete this element to display blogger navbar

 
Powered by Blogger