KISAH NYATA

Oleh: Wayai Deto*)





IDENTITAS SAYA YANG TIDAK JELAS

Izinkan saya untuk menceritakan kekecewaan saya terhadap Ibu saya. Terpaksa, saya HARUS jujur. Di sini, saya (yang menulis/penulis) sebagai peran penggantinya.


Tentang saya

Tentang saya di sini, kalian dapat membacanya (melihatnya) di Facebook ini. Saya anak satu-satunya dari orang tua saya yang Nikah silang (GENOSIDA). Ayah saya dari Papua (Timika / Tembaga pura) dan Ibu saya dari Jawa (Jawa Tengah, Yogyakarta / Bantul).


Tentang Orang Tua Saya

Ayah saya dari Papua (Timika / Tembaga pura) dan Ibu saya dari Jawa (Jawa Tengah, Yogyakarta / Bantul).

Untuk Biodatanya (Biodata orang tua saya), saya tidak menulisnya. Di sini saya hanya mau menceritakan tentang kejadian yang biasa terjadi saat saya masih di bangku Sekolah Dasar (SD) sampai saat ini (saat sebelum bercerai).

Saat saya di Bangku SD, orang tua saya itu bagaikan Kucing dan Tikus. Dan sampai saat ini (saat sebelum bercerai) pun masih, walaupun agak sedikit menurun (berkurang).

Saya sendiri bingung, Kenapa hal tersebut terjadi?

Setiap Konflik (masalah dari Perbedaan keinginan / pendapat) membuat saya marah terhadap teman-teman saya. Jika, saya bertemu dengan teman-teman saya, saya merasa bahwa saya ini akan melampiaskannya. Saya di Rumah selalu duduk sendirian.

Membayangkan agar bisa menghentikan Konflik orang tua saya yang sampai saat ini (saat sebelum bercerai). masih berlangsung. Setiap upaya yang saya lakukan, selalu gagal. Saya putus asa dan membiarkannya.

Sampai pada suatu saat Orang tua saya bercerai. Di balik penceraian ini, saya mendapatkan kebahagiaan yang luar biasa. Yang selama ini saya tidak pernah dapatkan.


BERIKUT INI ADALAH KESIMPULAN SAYA DIBALIK INI SEMUA:

Setiap kata yang keluar dari Ibu saya adalah “… Yang Penting saya telah membuka pintu bagi masyarakat saya untuk masuk menguras segalanya…”

Dan kata yang keluar dari Ayah saya, “…Saya ingin Messi memunyai adik-adik…” dan “…saya mau, kamu HARUS mengikuti aturan saya. Karena, kamu itu berada di ‘posisi’ saya…”

Pastinya, saya ingin memilih Ayah saya. Karena, saya seorang laki-laki yang mana keingnan ayah saya sama dengan yang saya pikirkan.

Dan setelah saya pelajari sampai saat ini. Orang-orangnya Ibu saya itu banyak sekali di daerah ayah saya. Om saya juga sudah berkeluarga. Tetapi, mereka itu tinggal di daerah ayah saya. Seharusnya tinggal di daerahnya laki-laki (om saya).

Orang-orang Ibu saya yang dulu hanyalah petani / nganggur. Kini, telah memunyai usaha tetap. Bahkan sampai bercabang-cabang. Dan Bapade saya membeli Tanah di daerahnya bapade saya (Papua). Saya tidak suka dengan orang-orangnya ibu saya.

Saya sempat berpikir. Kenapa, ayah saya Nikah Silang?

Padahal, banyak cewe-cewe yang berasal dari daerah ayah saya yang jauh lebih baik dari Ibu saya. Saya sendiri, sangat-sangat tidak mau dengan sifat orang-orang dari ibu saya.

Untung-nya, Orang tua saya sudah bercerai. Setelah penceraian itu, ibu saya Nikah lagi dengan duda yang asal kotanya di Jawa Barat (Jakarta, Bekasi). Dengan apa yang telah ibu saya ambil dari Ayah saya, kini Ibu saya nikmatin bersama suami barunya.

Keluarga dari Ibu saya termasuk keluarga baru Ibu saya, hidup bahagia di atas Tanah ayah saya. Bahkan, mereka berkembangbiak sampai ke Pelosok-pelosok Tanah air ayah saya mengikuti pemekaran-pemekaran yang saat ini terjadi.


YANG SAYA MAU BAGI KE SESAMA:

“… KAMU (COWO/CEWE) JANGAN NIKAH DI LUAR DARI DAERAH MU/BANGSA MU/RAS MU/ORANG YANG MENJAJAH MU…” Karena, di balik semua itu adalah PENDERITAAN BAGI CUCU DARI KELUARGA ASLI MU. CUCU DARI SAUDARA-SAUDARA KANDUNG MU, DAN SAUDARA-SAUDARA MU YANG LAIN.

JANGAN KAMU HANYA BERPIKIR ENAKNYA. KARENA, DI BALIK ITU ADA PENDERITAAN YANG TAK AKAN BERKESUDAHAN. BAGAIKAN, NERAKA YANG TAK HENTI-HENTINYA MENYALAH DENGAN SANGAT-SANGAT BESAR.

Saya berkata demikian karena saya tidak mau, kalian itu sama seperti saya yang “Identitasnya Tidak Jelas”

comment 0 komentar:

Posting Komentar

.:: Kawan, Tinggalkan PESAN dulu! ::.

Delete this element to display blogger navbar

 
Powered by Blogger